Saturday, October 5, 2013

Ceramah: Praktek Kurban Manusia Masih Berlangsung

ceramah kali ini tentang praktek kurban. Pada dasarnya usia ibadah qurban sama tuanya dengan usia manusia, kala itu habil dan qabil mendapat perintah untuk berqurban. Itu membuktikan bahwa usia ibadah qurban sama tuanya dengan usia penciptaan manusia. Secara estafet ibadah tersebut terus berlangsung hingga sekarang dan masa akan datang.

Epicentrum ibadah qurban kemudian berpindah ke nabiyullah Ibrahim, saat beliau diuji kesabarannya oleh Allah menyembelih putra satu-satunya pada waktu itu setelah lama tidak memperoleh keturunan setelah pernikahannya dengan Siti Sarah, kemudian lahirlah Ismail sebagai putra belia nan rupawan dari Siti Hajar isteri keduanya dan diperintahkan untuk menyembelihnya. Sungguh sebuah ujian berat bagi seorang hamba Allah dengan yang dimilikinya. Allah berfirman: (Q.S. ash-Shaffat: 102 – 107).

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ
قَالَ يَبُنَىَّ إِنِّى أَرَى فِى الْمَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى,
قَالَ يَاَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ, سَتَجِدُنِى إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّبِرِيْنَ.
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Dialog Nabi Ibrahim dan putranya Ismail diatas terabadikan secara rapi di dalam al Qur’an, kemudian keduanya melakukan perintah tersebut dengan ikhlas dan niat yang murni karena Allah semata

فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُ, لِلْجَبِيْنَ. وَنَدَيْنَهُ أَنْ يَآِبْرَهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ, إِنَّا كَذَالِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَؤُاْ الْمُبِيْنُ.
وَفَدَيْنَهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ.
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia: “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Paktek kurban dilakukan, dalam prosesi tersebut tiba-tiba Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba dari surga, Nah ini adalah sebuah jawaban betapapun berharganya kepunyaan kita maka tidak ada yang berharga jika Allah telah memintanya, namun meski demikian manusia terlalu berharga untuk dikurbankan.

Kalau kita memikirkan secara mendalam, pada saat ini praktek mengurbankan manusia sampai saat ini berlangsung, tidak melalui alat tajamnya pisau tetapi melalui tanda tangan dan mark up anggaran pembangunan untuk kemanusian, tidak hanya satu person yang disembelih tetapi para koruptor yang tertangkap dengan dugaan korupsi milyaran sama halnya dengan 'menyembelih' penghidupan banyak orang. Tak berlebihan jika dikatan sebagai praktek kurban manusia masih berlangsung, bahkan lebih sadis.

Kurban yang seharusnya dilakukan atas dasar perintah Allah dengan ikhlas sebagai bukti cinta kasih antar sesama berbalik arah menjadi kurban sesama manusia karena nafsu menguasai bendawi. Teramat hina bagi manusia yang masih melakukan praktek kurban berupa manusia. Sampai pada esatafet di tangan kerasulan Muhammad saw, kurban menjadi ibadah yang hukumnya sunnat muakkad bagi yang mempunyai kelebihan rizki. Rasul saw bersabda

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص.م. قَالَ: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصّلاَّنَا ـ رواه احمد و ابن ماجة
Artinya: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati tempat sholat Id kami.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).

Semoga praktek kurban manusia yang masih berlangsung ini segera sirna, berganti ajaran Islam yang sebenarnya yaitu cinta terhadap sesama.. amiin

No comments:

Post a Comment