Wednesday, October 30, 2013

Ceramah Keluarga: Niat Sebagai Modal Keluarga Bahagia

Menasehati pernikahan yang baru saja berlangsung di sebuah gedung MNC Tower Jakarta, disana saya tegaskan bahwa pernikahan tidak saja mengumpulkan dua insan yang dilanda panasnya asmara, tetapi menyatukan dua keluarga dalam bingkai ikatan akad suci yang berupa akad nikah. Nasehat pernikahan sejatinya tidak hanya diberikan kepada kedua mempelai tetapi yang terpenting adalah kepada khalayak yang hadir menjadi saksi atas pernikahan tersebut.

Perlu ditegaskan bahwa pernikahan harus didasari oleh niat yang tulus karena Allah sehingga bernilai ibadah, sah tidaknya suatu pekerjaan tergantung dari niatnya, jika niatnya baik akan bernilai agama sebaliknya pekerjaan yang didasarkan bukan karena Allah alias niat jahat tidak akan bernilai ibadah. Begitu juga dalam pernikahan niat yang harus ditancapkan ke dalam lubuk hati adalalh niat Ibadah karena Allah,

- حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya :”dari saidina Umar bin Khattab, beliau berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: bahwasanya seluruh amal dengan niat, bahwasanya setiap pekerjaan tergantung dengan yang diniatkan.(HR. Bukhari dll, Shahih Bukhari Juz ! hal. 6).

Apa saja tergantung dari niatnya, dan pahala mengalir juga sesuai dengan yang diniatkannya, termasuk pernikahan akan menjadi keluarga bahagia dan bernilai ibadah apabila niatnya untuk ibadah, karena itu niat sebagai modal keluarga bahagia tidak bisa dielakkan lagi. Tujuan pernikahan sesungguhnya adalah untuk membangun mahligai rumah tangga yang indah, kebahagiaan bisa terjamin apabila niatnya disandarkan kepada sang pemberi kebahagiaan yang abadi yaitu Allah swt

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya :”dan tiadalah mereka (manusia) diperintah kecuali untuk beribadat menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya semata-mata untuknya (Al-Baiyinah: 5)

kalau menikah hanya karena nafsu, seberapa kuat nafsu untuk berhubungan suami isteri, karena pada saat usia sudah menginjak 50 tahunan akan berkurang drastis, jika menikah hanya karena nafsu maka seiring berkutangnya berkuragnya nafsu maka berkurang pula kebahagiaan dalam rumah tangga, begitu juga apabila menikah hanya karena ingin menikmati kecantikannya, kita ketahui bersama bahwa kecantikan juga tidak bertahan lama, walaupun dirawat dengan bedak yang ratusan juta rupiah sekalipun tetap keriput dalam usia tua, seiring dengan keriputnya kulit maka kebahagiaan akan ikut keriput juga.

Kalau pernikahan di dasarkan atas dasar kekayaan, bukankah kita tahu bahwa isi dunia ini selalu dua, kaya dan miskin, berlebih dan kekurangan, kelapangan rizki dan kesempitan dalam pangan, jika suatu saat ternyata dilanda kemiskinan maka miskin pula kebahagiaan kita.

jadi Niat sebagai modal bahagia adalah sebuah jawaban yang sulit untuk dibantah.

No comments:

Post a Comment