
Akhir-akhir Oktober 2013 ini, kita saksikan kabar di televisi ada seorang hakim yang menerima suap, padahal honornya sudah besar, makannya juga hanya satu piring saja, tetapi masih saja sudi menerima uang suap, padahal dengan uang suap tersebut menjadikan dirinya sebagai orang yang hina. Yang merusak sebenarnya bukanlah kebutuhannya, tetapi yang merusak adalah watak rakusnya.
Jika mau merenung sejenak, manusia yang tingginya tak seberapa itu, secara lahiriyah tak mungkin menghabiskan uang milyaran rupiah, tetapi sayang sekali syahwat kerakusannya yang menjadikan berapapun yang dimiliki masih tetap merasa kekurangan. Mungkin perbuatan itu sudah tidak layak disebuat sebagai orang mu'min (barangkali)
Semoga hal ini menjadi renungan tersendiri bagi kita semua, dan tidak bertindak rakus, karena rakus sejatinya bukanlah watak manusia aslinya.
No comments:
Post a Comment